Kenaikan Suku Bunga SBI Tak Efektif Kendalikan Inflasi


Kenaikan Suku Bunga SBI Tak Efektif Kendalikan Inflasi



Bank Indonesia (BI) tak perlu menaikkan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk mengendalikan laju inflasi pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), karena inflasi lebih disebabkan faktor penawaran.


"Menaikkan suku bunga SBI tidak akan efektif mengendalikan laju inflasi bahkan bisa sebaliknya, menambah tinggi inflasi karena di Indonesia, inflasi terjadi akibat cost (biaya operasional) yang tinggi sebagai dampak naiknya harga BBM dan ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan itu," kata Pengamat Ekonomi dari Universitas Hasanuddin Makassar, DR. Marsuki DEA, Jumat.


Marzuki menjelaskan, terdapat dua perspektif dalam mengkaji inflasi di Indonesia yaitu dari sisi permintaan serta penawaran. Inflasi karena faktor permintaan disebabkan uang yang beredar di masyarakat berlebih sehingga mempengaruhi permintaan dan harga. Meningkatknya permintaan masyarakat menyebabkan indeks harga naik (inflasi). Sedangkan inflasi karena faktor penawaran terjadi akibat biaya operasional yang tinggi antara lain karena tingkat bunga kredit yang tinggi, penetapan harga komoditas strategis oleh pemerintah dan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ke depan.


Menurut Marzuki, dalam kasus di Indonesia, inflasi yang ingin dikendalikan BI adalah inflasi yang disebabkan kenaikan harga BBM. Kenaikan indeks harga (inflasi) terjadi karena biaya operasional melambung akibat naiknya harga BBM itu, bukan karena permintaan masyarakat meningkat akibat jumlah uang yang beredar berlebih.


"Dalam kondisi ini, meningkatkan suku bunga SBI justru bisa menambah tinggi laju inflasi karena bisa berpengaruh terhadap suku bunga kredit. Kalau suku bunga kredit ikut naik, biaya operasional akan bertambah besar," ujarnya.


Gubernur BI Burhanuddin Abdullah saat berada di Makassar kemarin menyatakan, pihaknya akan menaikkan suku bunga SBI secara bertahap untuk mengendalikan laju inflasi paska kenaikan harga BBM selain melakukan lelang SBI.


"Kita akan menyerap likuiditas yang ada di masyarakat dan di bank-bank melalui lelang SBI. Kalau masih belum cukup dan masyarakat masih lebih suka membelanjakan uangnya maka kita akan naikkan tingkat suku bunga SBI," ujarnya dengan menambahkan, kenaikan suku bunga sudah dilakukan secara bertahap dalam dua pekan terakhir.


Suku bunga SBI satu bulan saat ini tercatat sebesar 7,43 persen dan jangka waktu tiga bulan sebesar 7,31 persen.


BI telah menghitung, kenaikan harga BBM bisa menyebabkan inflasi 7,15 persen pada akhir tahun jika tidak diantisipasi sejak saat ini. Sementara pemerintah telah menetapkan target inflasi tahun ini pada rentang lima hingga tujuh persen dan empat persen hingga enam persen tiga tahun mendatang serta sekitar tiga persen dalam jangka panjang.


Marzuki lebih lanjut mengatakan, langkah yang harus dilakukan pemerintah saat ini adalah mengendalikan harga-harga barang agar naik secara wajar, tidak jor-joran seperti yang terjadi saat ini.


Menurut dia, kenaikan harga BBM rata-rata 29 persen mulai 1 Maret 2005, berpengaruh pada kenaikan biaya produksi suatu barang hanya sekitar dua persen, sehingga kenaikan harga seyogianya hanya sebesar dua persen tersebut. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa kenaikan harga barang dewasa ini mencapai 25 persen.


Kenaikan itu diduga terjadi pada fase distribusi yang melibatkan para pedagang antara. Pedagang antara inilah yang nakal, menaikkan harga semaunya saja.


"Di sinilah seharusnya pemerintah berperan untuk mengawasi secara ketat para pedagang antara tersebut agar tidak menaikkan harga seenaknya saja," demikian Marzuki.


Related Posts by Categories



Comments (0)